MAHASISWA UNY KEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN TARI TRADISIONAL INKLUSIF (RITRASIF)

Pendidikan sepatutnya diselenggerakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak deskriminatif. Setidaknya amanah itulah yang tertera dalam UU sisdiknas Indonesia. Amanah itu pulalah yang menghantarkan keempat mahasiswa FIP , Muhamad Nur Chozin (MP), Retno (MP, Trijoko (KP), dan Sayidatul Maslahah (PLB) ciptakan media pembelajaran pengembangan tari tradisional (Ritrasif).

Keempat mahasiswa yang tergabung dalam kelompok PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) tesebut ciptakan media pembelajaran inklusif yaitu media pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa Sekolah Dasar kelas 5 dengan berbasis inklusif. Media pembelajaran ini berangkat dari permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh negara Indonesia yakni rendahnya media yang dapat memfasilitasi ABK di tengah-tengah kekayaan budaya Indonesia. Selain itu, hal ini juga sesuai dan relevan dengan tujuan dari SDGs (Sustainable Development Goals). Satu dari 17 tujuan yang hendak dicapai yaitu menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.

Media pembelajaran ini berbasis aplikasi flash yang dapat digunakan di komputer dan telah diujikan di SDN 1 Gejayan yang merupakan salah satu SD inklusi di Yogyakarta. Fungsi utama dari media pembelajaran ini adalah mengajarkan tari tradisional Indonesia yang telah disesuaikan dengan kemampuan ABK sehingga dapat dipelajari dan ditarikan oleh anak dengan hambatan yang berbeda-beda.

Muhamad Nur Chozin (MP) menuturkan bahwa pembuatan media diawali dengan analisis kebutuhan, mendesain media, mengembangkan media, dan melakukan uji coba. Ia menuturkan bahwa keunggulan dari media ini adalah bersifat inklusif sehingga dapat digunakan oleh ABK. Retno (MP) menceritakan bahwa dalam proses uji coba, anak-anak SDN 1 Gejayan nampak antusias untuk menggunakan media pembelajaran Ritrasif ini. Retno pun berharap bahwa media pembelajaran yang mereka kembangkan dapat menghindari kondisi deskriminasi terhadap ABK dalam dunia pendidikan dan dapat melestarikan budaya Indonesia.(chozin)